Langsung ke konten utama

Gethuk asale soko telo, Si Manis yang sederhana, namun menggugah selera

Teman cerita tahu kan makanan gethuk? 

Selain suku dan budaya, Indonesia  dikenal dengan beragam kuliner tradisional yang dimiliki setiap daerahnya. Gethuk merupakan salah satu makanan tradisional khas Jawa Tengah yang bahan utamanya terbuat dari singkong. Si manis yang sederhana ini adalah makanan khas yang juga menjadi kebanggaan Kota Magelang, Jawa Tengah. Bukan hanya rasanya yang manis dan gurih, gethuk juga sebagai camilan yang dapat menghasilkan energi karena mengandung karbohidrat.


Dalam singkong terkandung beberapa nutrisi penting seperti karbohidrat, protein dan serat, maka salah satu bahan pangan lokal jenis umbi-umbian ini bisa menjadi alternatif pengganti beras yang tentunya memiliki banyak manfaat untuk tubuh.

Camilan tradisional khas Jawa Tengah  yang memiliki rasa manis ini juga memiliki sejarahnya sendiri lho. Dikutip dari fimela.com (melansir laman sejarahunik.net), beberapa pendapat mengatakan pada zaman dahulu di masa penjajahan Jepang, saat beras sangat langka, para penduduk lokal Magelang memanfaatkan singkong sebagai bahan makanan pokok pengganti sumber energi karena tanaman tersebut mudah ditemukan di sekitar rumah. Seorang penduduk lokal Magelang bernama Bapak Ali Mohtar ketika itu akhirnya berinovasi dengan bahan utama Singkong. Singkong tersebut akhirnya oleh beliau dikukus, kemudian ditumbuk (tuk..tuk..tuk) hingga halus, lalu dicampur bersama gula dan jadilah camilan gethuk yang kita kenal sampai sekarang.



Dari gethuk kita belajar bahwa dibalik kata sederhana, terdapat sebuah inovasi yang luar biasa. Bukan hanya tentang sejarah, makanan khas dari Jawa Tengah ini juga mengajarkan kita tentang rasa syukur terhadap apa yang sudah Tuhan berikan kepada setiap manusia untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Proses pembuatan yang tidak sulit dan bahan utama yang mudah dijangkau, seperti singkong, gula merah dan kelapa membuat gethuk saat ini bisa dibuat oleh siapapun. Jadi tidak perlu jauh-jauh untuk berkunjung ke Magelang agar bisa menikmati camilan satu ini sobat, kalian bisa coba membuatnya sendiri di rumah ya.

Selamat mencoba teman cerita 👩‍🍳👨‍🍳

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Urang Kanekes, Baduy Dalam dan Hidup Berdampingan Dengan Alam

Apa yang teman cerita pikirkan tentang Baduy? Suku pedalaman yang tertinggal dan jauh dari kata modern? Siapa sih sebenarnya suku Baduy itu? Apa benar kehidupan orang Baduy penuh dengan Mistis? Nah, kali ini aku ingin berbagi cerita tentang pengalaman menarik ketika berkunjung ke Perkampungan Baduy. Perkampungan yang jauh dari keramaian kota. Menghabiskan akhir pekan di Baduy Dalam? Kenapa Nggak 😉 Oke, be quiet! Life is simple, but not easy.  Mari belajar kesederhanaan dan ketangguhan hidup orang Baduy. Don't slack off! Mari bergerak dan ikut berpetualang bersamaku 🚶‍♀️🚶‍♀️🚶‍♀️🚶‍♀️ Hal pertama yang menarik adalah mereka sendiri ternyata tidak pernah menyebut dirinya suku Baduy, melainkan urang Kanekes (orang Kanekes). Aku baru tau hal ini ketika Ayah Darma menjelaskan.  Ada dua golongan yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Apa perbedaannya?  Untuk perbedaan yang mudah diketahui adalah orang Baduy Luar sudah bisa menerima budaya dari luar, menggunakan handphone, mandi dengan sab

Mengenal Lebih Dekat Kehidupan Masyarakat di Kampung Adat Tasikmalaya

Apa yang dipikirkan ketika mendengar nama Kampung Naga? Kampung yang dihuni oleh naga-naga terbang seperti di televisi? 🐉🐲 Wohooo yang ini lebih menarik dari sekedar Naga sungguhan. Kampung Naga adalah salah satu kampung adat tradisional yang berada di Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Desa tradisional sunda dengan gubug bambu beratap jerami, terletak di lembah dan dikelilingi sawah. Dengan berkunjung ke sini kita bisa belajar tradisi dan adat istiadat, serta menikmati keindahan arsitektur, serta alamnya.  Kehidupan di Kampung Naga Tasikmalaya masih sangat kental dengan budaya sunda dan tradisi nenek moyang zaman dulu. Kurang lebih sama seperti suku Baduy, di Kampung Naga ini juga menolak adanya listrik dan pengaruh modernisasi, kegiatan bekerja masyarakatnya seperti menumbuk di lesung itu tidak boleh diabadikan, juga sama-sama memiliki kepercayaan kuat terhadap alam.  Untuk masuk ke Kampung Naga kita harus menuruni anak tangga yang jumlahnya berapa lapis? Ratusan

Merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Menginap di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Night at Museum - Menginap di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Apa yang kamu temukan di sana? 👻👹 Apa yang pertama kamu pikirkan ketika ada kegiatan menginap di Museum? Teringat filmnya  Night at the Museum, tentang  seorang penjaga malam di Museum Sejarah yang menemukan bahwa koleksi museumnya hidup kembali setiap malam. 😱😱 Kira-kira mungkin terjadi ga ya di kehidupan nyata? Eitss penasaran ga? Jadi gini...  Semua berawal dari keinginan menyambut hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 78 dengan cara yang beda. Teman cerita perlu meyakini bahwa k emerdekaan itu adalah sebuah proses. Selama hampir 78 tahun ini kita ngapain aja? Kepikiran, ngapain aja ya kira-kira?   Banyak cara seru yang dapat dilakukan untuk menyemarakkan hari Ke merdekaan Indonesia, seperti mengikuti perlombaan, menonton film pahlawan, atau berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, salah satunya pergi ke Museum.  Salah satu Museum yang menarik dikunjungi untuk napak tilas di HUT RI adalah Museum Perumusan Naskah Prokl